Skip to main content

Post-mortem, jari - jari dan ADHD


Kehidupan yang kaku mungkin akan berubah dangan yang tidak berwujud, dengan segala tetek - bengeknya penyadaran akan sebuah eksistensi tetap tidak pernah menyerah untuk menutupi tunggalnya. Ribuan mil ruang telah di telusuri demi menangkap sebuah pengertian untuk banyak hal - hal yang sangat dasar namun substantif, kereta kehidupan ini tidak pernah berjalan dengan batu bara, juga bukan dengan listrik. 

Kalau melihat keluar jendela kamar, bahkan sebelum melihat keluar jendela kamar, dirimu telah terlebih dahulu mendahului untuk berada diluar jendela kamar. kereta kehidupan menjadi unik ketika dirimu melihatnya dari perspektif rel, jalur yang dirinya sendiri dengan segala atribut dan predikat subjektif yang bangga di pakai oleh rel akan sangat menolak sebuah godaan, untuk membuka informasi apapun terkait kehidupan, terkait nasib si kereta, kereta bermuatan kehidupan.
Ribuan mil mungkin sudah terbayang sekarang, ratusan gunung, dan mungkin rel pada saatnya bisa melayang diatas lautan.  

Comments

Popular posts from this blog

Bangun lewat jam 9 pagi

I do not really know why, my writing is bad. I do not really know what I want to write, the ideas always gone bizarre, but yet succeed to make me wonder what could I do with this kind of imagery. hapus, ulang, hapus, tulis ulang, hapus, baca, tulis lain, hapus, baca. Serpihan - serpihan yang tidak selesai dan tidak utuh, silih berganti untuk audisi: lanjutan kebodohan, kekeliruan, tindakan ceroboh, dan main - main. pemenangnya tidak akan banyak mengambil soal, dalam signifikan pertumbuhan dan perencanaan perbaikan diri yang selalu di gadang - gadang, semua akan kembali pada malam - malam yang tidak berisi, sebuah pengambilan keputusan yang efektif. Apakah ada juga yang pernah merasakan kerenyitan di dalam kepala, satu hal yang sekiranya mempunyai tuas yang terhubung dengan otot - otot imaginer di bagian dada atas, di bawah thorax. sensasi yang menahan, seperti karet ban yang dialih fungsi kan, dipotong dan dibentuk sedemikian rupa untuk di jadikan sumpelan pipa air tanpa keran...

Rumah

pada pagi ketika hujan berbisik lewat atap jauh di atas aku tahu itu rintik aku sudah lama bebas coba untuk mencari jalan lain kembali di antara gang, dan tembok kapur di antara tangga sempit di waktu lain dan senin akan tetap tanggal libur aku masih melihat dirimu dari belakang dengan celana pendek warna merah dan pendek rambut baru kamar gelap, tanpa kepastian hari kelabu Ayah akan datang dan mengetuk bungkus rokok di bagi tiga antara canda, malu yang terbatuk dengan kopi yang sama dingin juga banyak hal di tepian ranjang kutu, rambut, sakar buntu, berlari, dan bangun siang buang sampah, kita terbakar sekarang rumah itu sudah berpindah kedalam tempat terdekat dari anaknya hanya teman baik ku yang ada, dan gundah kau sedang libur lebaran, belum pulang juga Raka Feisal Jakarta, 25 Januari 2019

Sarapan.

"It was dark inside." Pagi tidak begitu pagi, bukan seperti ini. Merelakan dirimu setelah melalui kekalahan semalam. Piring dengan sarapan, kopi dengan gula 3 sendok teh, dan secukupnya dosis dari matahari jam 10 siang. Pagi dengan khas, ditambah suasana lembab menembus dari jendela, cahaya jatuh setelah di saring oleh 3 bar dari kusi pemberian, dirimu juga. Tadi malam, tidak harusnya aku menyerukan berkali-kali nama mu, kepada depan gang rumah, ke lorong sepi jam 3 pagi. Setelah itu, aku tersadar dengan muka yang tidak pernah aku rencanakan, merebah pelan-pelan, aku sadar, bahwa aku bahkan belum buka sepatu, dan semuanya terasa sangat melelahkan. Ku dengar nafas ku sendiri, yang berusaha meredam jenis nafas lainya, yang seharusnya muncul, dengan posisi tersandar, di tembok yang seharusnya kau syukuri, yang seharusnya kau tinggali, sekarang aku akan sangat berusaha, setelah nanti aku melangkahkan kaki pergi. Untuk melupakan, menghapus, me- reboot, segala macam empati yang...